By: ARNOLD AGAYON - ASSO
ASSOMAEN
– Seorang pemuda yang baru saja gagal melamar kerja, tampak duduk lemas di
pinggir jalan. Dia begitu terpukul, apa lagi ini kegagalannya yang kesekian
kali. Kebingungan pemuda itu kian bertambah rumit saat mengingan orangtuanya di
kampung halaman yang berharap banyak bisa dibantu soal materi. Maklumlah, dia
satu-satunya anak bungsu lelaki yang diharapkan menjadi tulang punggung
perekonomian keluarga.
Tidak lama berselang, saat larut dalam
keputusannya, seorang pak tua menghampiri pemuda itu. Dia menyapa ramah, seolah
ingin tahu kenapa pemuda itu tampak begitu terpukul.
“Anak muda, ada cerita yang bisa kau
bersemangat?” tanya pak tua sambil mengelus punggung pemuda itu.
“Aku bingung pak. Sejak di-PHK, sudah
kesekian kali aku gagal melamar kerja. Padahal aku butuh pekerjaan dan
menghasilkan uang, untuk membantu untuk membantu orang tua di kampung,” jawab
si pemuda itu kurang bersemangat.
“Nak, aku bingung bagaimana harus
membantumu. Tapi aku ingin sedikit berbagi nasihat kehidupan. Kau tahu
bagaimana rasanya bila segenggam garam dilarutkan dalam segelas air, tentu
rasanya sangat asin dan jelas tidak enak. Tapi coba, kau larutkan segenggam
garam itu kedalam payau kecil yang luasnya hanya tiga kali lipat ember untuk
mencuci pakaian tentu rasa asinnya sangat sedikit. Bahkan bisa tidak terasa
sedikitpun,” papar pak tua seolah ingin memberi pesan bijak dalam ceritanya.
“Aku bingung apa maksud bapak,” jawab
pemuda itu sambil menegakkan wajahnya.
“Kau akan merasa sakit dan terpukul menjalani
pahitnya kenyataan hidup ini, bila kau mengecilkan jiwamu, layaknya seukuran
gelas kecil yang dituangi garam tadi. Tapi coba, bila kau membesarkan jiwamu,
layaknya sebesar payau air tadi, atau bahkan lebih besar lagi, maka pahitnya
maka pahitnya kehidupan lebih bisa kau terima. Dengan begitu, semoga kau bisa
lebih tambah dan sabar menjalani semua kesulitanya. Anak muda, besarkanlah
jiwamu. Tumbuhkan kebijaksaan dalam hati dan pikiranmua, niscaya hidup yang
lebih bermakna akan kau terima ,” tutur pak tua itu bernada menasihati.
Pemuda tadi merenung sejenak sambil
menghela napas panjang, lalu berkata, “Terima kasih banyak pak tua. Mulai detik
ini aku akan selalu mengingat nasihatmu. Aku akan lebih bijaksana, sabar, dan
tekun berusahasambil meminta pada Yang Maha Kuasa.”
Perbincangan mereka pun berakhir, Pak tua
itu melanjutkan perjalanannya, demikian si pemuda, lebih tenang menerima
kegagalan dan siap melangkah, mencoba dan mencoba.
***
Anda boleh saja agal, bangkit kembali
menumbuhkan harapan, lalu meraih sukses besar. Satu hal yang bisa dipetik dari
cerita diatas adalah, bahwa kebijaksaan merupakan tumpuan dasar dalam
menumbuhkan sikap sabar dan pantang menyerah dalam menjalani hidup. ASSO/BLOG/31
Sumber : Sumber : buku Pembakar Semangat – Richard Pratama
Posting Komentar